Friday, March 27, 2020

Mimpimu atau mimpiku ?



“ Nanti kamu masuk IPA ya jangan masuk IPS, IPS itu madesu” kata seorang ayah kepada anaknya.
Jaman kita dulu sekolah, banyak kita temukan orang tua – mungkin termasuk orang tua kita- yang menitipkan pesan demikian kepada anaknya. Alhasil jika sudah divonis masuk IPS orang tua akan tepok jidat dan langsung mengklaim
“ Wah anak gue masa depannya suram”
Sehingga banyak dari orang tua yang menggunakan cara apapun agar anaknya pindah dari bangku IPS ke bangku kelas IPA.
Atau seringkali saya mengimajinasikan, orang tua ataupun guru Indonesia yang mengajak anaknya atau anak didiknya jalan-jalan ke sebuah perusahaan besar. Sang ayah atau guru bertanya kepada seorang karyawan berapa gaji karyuawan itu di sini. Dijawab oleh karyawan itu nominalnya yang sangat besar untuk ukuran kantong sang ayah atau guru.
Segera sang ayah atau guru tersebut berkata dengan anaknya
“ Belajar yang rajin ya, nanti kamu bisa bekerja di sini “
Inilah menitipkan mimpi pada anak, sedangkan mimpi sang anak lebih besar dan hebat dari ayahnya.
“ Jika karyawan itu gajinya demikian gede, tentu saja pemilik perusahaan ini penghasilannya lebih gede, aku pengen punya perusahaan seperti ini” batin si anak.
Sadarkah kita, sebenarnya kitalah yang memangkas habis, membonsai mimpi-mimpi mereka dan menggantikannya dengan mimpi-mimpi kita sendiri. Bolehkah menitipkan sesuatu pada anak? Boleh tentu saja sebagaimana Lukmanul Hakim menekankan pendidikan pertamanya pada anak yaitu “ jangan mempersekutukan Allah”
Yakinlah Allah yang maha perkasa dan bijaksana dengan kemahaan Nya menciptakan manusia dengan sempurna. Tidak ada produk gagal yang diciptakan Tuhan hanya kita yang gagal memahami produk ciptaan Tuhan, walaupun dia adalah anak kita, darah daging kita. Karena bisa jadi kita lebih sering berkata- kata padanya, namun jarang untuk mendengarkan keinginannya.



Author & Editor

Sekolah Langit Biru.

0 comments:

Post a Comment