Ada satu pertanyaan sederhana yang mungkin menggelitik di benak dan hati kita dan pasti jawabannya sangat beragam. Apa tujuan dari pendidikan? Jika pertanyaan ini ditanyakan kepada masing-masing kita, maka sudah dipastikan kita tidak akan mendapatkan jawaban yang seragam. Jawaban atas pertanyaan tersebut sesuai dengan pengalaman kita. Jujur saja terkadang jawaban dari pertanyaan itu hanyalah pemanis kata tanpa indikator pencapaian yang jelas.
Kami menemui Bang Lendo Nouvo, penggagas sekolah alam Indonesia di school of universe bogor yang menjawab pertanyaan tersebut dengan sebuah kalimat sederhana. Tujuan pendidikan adalah tujuan penciptaan manusia. Untuk apa manusia diciptakan maka itulah tujuan pendidikan. Kita tak akan mendapatkan jawaban yang memuaskan jika tidak mengembalikan pada pencipta manusia, Allah, Tuhan yang menciptakan manusia dan alam raya melalui firmannya dalam Al-Qur’an.
Setidaknya terdapat dua tujuan penciptaan manusia yang kita temui dalam Al-Qur’an. Pertama, untuk beribadah kepada Allah SWT dan yang kedua sebagai khalifatullah fil’ardh yang rahmatan lil’alamin. Visi langit itu yang coba diterjemahkan oleh sekolah alam yang ada di seluruh Indonesia. Yang pertama adalah hubungan manusia dengan Allah dan yang kedua dimensi hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam sekitarnya.
“Anak Sholeh” gelar tinggi yang berat
Apa yang ada dipikiran kita ketika mendengar kata “anak sholeh ? dalam bayangan kita anak sholeh adalah anak yang dapat membanggakan kedua orang tuanya, menyelamatkan orang tuanya di dunia maupun di akhirat. Tetapi sebenarnya kesholehan seorang anak sangat berkorelasi erat dengan sifat dasar ajaran islam itu sendiri, yaitu rahmatan lil’alamin, rahmat bagi sekalian alam. Dapat disimpulkan bahwa anak sholeh adalah anak yang menjadi rahmat bagi dirinya sendiri, rahmat bagi orang lain, rahmat bagi lingkungan dan rahmat bagi semua yang ada di langit maupun di bumi.
Anak sholeh adalah anak yang paripurna. Selain hubungannya dengan Allah baik, hubungannya dengan sesama manusia pun baik serta hubungan dengan lingkungan alamnya pun baik. Dalam pandangan kami tidak disebut sholeh seorang anak yang tiap hari pekerjaannya mengaji, namun tak ada kasih sayang dengan sesama makhluk ciptaan Allah. Ada kucing yang mengeong minta makan justru ditendang, buang sampah sembarangan, tidak memiliki kepekaan sosial yang tinggi, tidak disiplin walau untuk antri sekalipun.
Jika kita bermimpi untuk mendapatkan anak yang sholeh, maka tugas kita berat, anak sholeh bukan sekedar pemanis kata-kata dalam sebuah doa. Ia dapat terwujud nyata jika kita mampu menempa kesholehan itu dalam rumah tangga dan semuanya dimulai dari pemahaman yang tepat tentang definisi “ anak sholeh”
0 comments:
Post a Comment